Konferensi Ke-10 SPC UB Soroti Peran AI dalam Keberlanjutan (Yordan/Kanal24) | 24/10/2025 3:26 pm,
Kanal24, Malang – Dalam menghadapi tantangan keberlanjutan global di era teknologi modern, Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Brawijaya (FEB UB) bersama Institute of Certified Sustainability Practitioners (ICSP) menggelar The 10th Sustainability Practitioner Conference (SPC) bertajuk “Sustainability in The Age of Artificial Intelligence (AI)” pada Kamis, (23/10/2025).
Acara yang berlangsung di Gedung Pascasarjana FEB UB lantai 7 ini menjadi ajang refleksi dan kolaborasi antara akademisi, praktisi, dan pemerintah dalam merumuskan strategi keberlanjutan yang beriringan dengan kemajuan kecerdasan buatan. Menginjak tahun ke-10 penyelenggaraannya, konferensi ini menandai perjalanan panjang UB dalam mengedukasi publik tentang pentingnya praktik berkelanjutan di berbagai sektor kehidupan.
Proses Penyelenggaraan
Ketua Pelaksana, Prof. Eko Ganis Sukoharsono, SE., M.Com.Hons., Ph.D., menjelaskan bahwa konferensi ini merupakan kelanjutan dari seri SPC yang telah dimulai sejak 2016. Setelah sembilan kali sukses digelar di berbagai daerah, tahun ini Malang kembali dipercaya menjadi tuan rumah penyelenggaraan. Prof. Eko menyebut bahwa tema tentang AI dipilih karena relevansinya yang kuat dengan isu keberlanjutan global, terutama dalam mengintegrasikan teknologi ke dalam aktivitas ekonomi, bisnis, dan sosial tanpa mengesampingkan aspek lingkungan dan kemanusiaan.
Menurutnya, keberlanjutan tidak sekadar soal keberlangsungan hidup atau efisiensi sumber daya, tetapi juga mencakup upaya memahami keseimbangan antara ekonomi, lingkungan (environment), dan manusia (people). “Kami ingin mengajak semua pihak melihat keberlanjutan bukan hanya sebagai wacana, tetapi sebagai kesadaran yang diterapkan dalam aktivitas sehari-hari—baik dalam bisnis, pengembangan teknologi, maupun relasi sosial,” ujar Prof. Eko.
Kegiatan ini menghadirkan sejumlah narasumber utama, di antaranya Prof. Dr. Sylvia Veronica N.P. Siregar, SE., Ak., CA., CSRS., CSRA., CSP. selaku Chairperson Board of Director ICSP, serta Andreas Bondan Satriadi, S.T., M.Sc., Coordinator for Ecosystem and Digital Space dari Kementerian PPN/Bappenas. Selain itu, turut hadir pula akademisi dari Institut Teknologi Bandung dan perwakilan industri dari anak perusahaan Semen Indonesia sebagai panelis.
Peserta yang hadir tidak hanya dari kalangan akademisi, tetapi juga dari praktisi dan alumni ICSP yang tersebar di berbagai negara Asia Pasifik. Total terdapat sekitar 250 peserta yang hadir secara luring, serta lebih dari 500 peserta mengikuti secara daring melalui platform digital. Sesi pleno disampaikan dalam bahasa Inggris untuk memfasilitasi partisipasi internasional, sementara diskusi panel disajikan dalam bahasa Indonesia dengan materi presentasi berbahasa Inggris.
Strategi Keberlanjutan di Era AI
Dalam pemaparannya, Prof. Eko menegaskan bahwa pemanfaatan AI harus diarahkan untuk mendukung keberlanjutan, bukan sekadar alat untuk mempercepat proses atau efisiensi ekonomi. AI, menurutnya, bisa menjadi instrumen strategis dalam menciptakan sustainable innovation—baik dalam manajemen sumber daya, pelaporan keberlanjutan, hingga perencanaan kebijakan publik.
“AI perlu dimanfaatkan bukan hanya untuk chatting atau data mining, tetapi untuk creating sustainability,” tegasnya. Ia juga menjelaskan bahwa konsep keberlanjutan harus dilihat dari lima dimensi utama, yaitu planet, people, prosperity, technology use, dan spiritual awareness. Dengan lima pilar tersebut, manusia diharapkan tidak hanya mengejar kemajuan ekonomi, tetapi juga menjaga keseimbangan lingkungan dan memperkuat nilai-nilai kemanusiaan.
Sebagai contoh, dalam bidang akuntansi keberlanjutan (sustainability accounting), laporan organisasi harus mencerminkan sejauh mana aktivitas ekonomi berdampak terhadap lingkungan dan masyarakat. Framework tersebut menjadi bagian dari tanggung jawab sosial dan moral perusahaan. “Kita sebagai akademisi perlu membangun kerangka ilmiah agar setiap kegiatan bisnis dapat diukur dari sisi dampak lingkungannya,” tambah Prof. Eko.
Selain itu, konferensi ini juga menghasilkan beberapa rekomendasi strategis, antara lain dorongan agar pemerintah dan sektor industri mulai menerapkan sistem keberlanjutan berbasis teknologi, serta pentingnya kesadaran kolektif dalam menginternalisasi prinsip keberlanjutan dalam setiap kebijakan dan aktivitas bisnis.
Harapan dan Pesan untuk Generasi Muda
Menutup sesi konferensi, Prof. Eko memberikan pesan kepada mahasiswa dan generasi muda agar mampu memanfaatkan kecerdasan buatan secara bijak dan produktif. Ia menekankan bahwa mahasiswa S1, S2, maupun S3 harus mampu menggunakan AI bukan hanya sebagai alat bantu, tetapi sebagai mitra dalam proses berpikir kritis dan kreatif untuk membangun keberlanjutan.
“Gunakan AI bukan untuk menyalin, tetapi untuk mencipta. Jadikan AI sebagai sarana untuk memperluas wawasan dan meningkatkan efektivitas karya,” ujarnya. Ia juga mengingatkan pentingnya menerapkan prinsip keberlanjutan dalam kehidupan sehari-hari, seperti hemat energi, peduli terhadap lingkungan, serta menjaga keseimbangan sosial di sekitar.
Konferensi ini diharapkan dapat menjadi momentum untuk memperkuat kolaborasi antara akademisi, pemerintah, dan pelaku industri dalam membangun sistem keberlanjutan yang adaptif terhadap kemajuan teknologi. Melalui kolaborasi lintas sektor tersebut, keberlanjutan tidak hanya menjadi konsep teoritis, melainkan menjadi gerakan nyata menuju masa depan yang lebih hijau, inklusif, dan beretika di era kecerdasan buatan. (nid/tia)
Sumber : https://kanal24.co.id/konferensi-ke-10-spc-ub-soroti-peran-ai-dalam-keberlanjutan/
Categorised in Article. Submitted by ICSP Editor
